Haa ana dza! Alhamdulillahi Rabbil-a’alamin.. Thanks yaa Rabb with
what have You done. Dengan segalanya diberikan kepadaku dari dulu hingga kini
dari hulu hingga hilir, tidak ada yang sia-sia pasti berguna kini hingga nanti
wa Allahu a’lam. Aku berasal dari Barat pulau Sumatra Indonesia dan di besarkan
di Petamburan Tanah Abang Jakarta Pusat Ibukota tercinta ini, mendapatkan
banyak ilmu dan pengalaman yang harus di tuangkan kepada generasi-generasi selanjutnya.
Lahir di perdesaan dan dibesarkan di tengah-tengah kota membuatku dapat
membedakan banyak perbedaan yang menarik, banyak kelebihan dan kekurangan yang
aku gali darinya dan di antara keduanya.
Lembaga-lembaga
pendidikan yang telah di singgahipun sangat membantu dalam menggapai cita-cita
yang akan di banggakan, lembaga-lembaga pendidikan yang telah mendidik dan
mengayomi aku hingga mendapatkan ilmu bermafaat bagi Nusa, Bangsa, Negara serta
Agama. Duduk di bangku SDN 05 pagi Petamburan medapatkan ilmu-ilmu dasar dengan
semangat hidup dalam belajar yang tinggi, SLTP Jami’at-Kheir Tanah Abang
memperdalam ilmu pengetahuan serta menambah wawasan dalam bersosial dan
berteman.
Lalu di Pondok Modern Darussalam Gontor yang di banggakan, aku
mampu membedakan banyak hal yang tidak dapat membedakan di dunia luar pondok
pesantren, kemudian mengabdikan diri di Bojonegoro Jawa Timur tanda telah usai
masa belajar di PMDG dan mendapatkan apa arti keikhlasan, kesederhanaan,
berdikari, ukhuwah Islamiah serta kebebasan dalam berkarya. Melanjutkan dalam peningkatan hobi di bidang bahasa
ke Pare Kediri, bekerja di P.T PP (Persero) Tbk. Tanjung Priok Jakarta Utara
merupakan pengalaman yang sangat berharga. Dan pada akhirnya mengajukan diri
untuk mengabdi pada umat di Pondok Pesantren Darunnajah dan terus kuliah
menempuh jati diri yang ku cari, hingga kini tiba di Sekolah Dasar Islam Jakarta.
Semua lembaga-lembaga yang telah ku tempuh sangat penuh dengan
gudang pengalaman hidup, sehingga kini dapat ku perhatikan dengan seksama bahwa
kehidupan ini sangat bergantung pada Allah dan diri sendiri.
اللهً الصَّمَدُ
“Allah adalah tempat
bergantung dalam segala sesuatu”
Kehidupanku ketika
kecil hingga remaja awal penuh dengan
persahabatan dan ketentraman dalam pertemanan, namun ketika menanjak masa
remaja akhir aku hanya lebih introvet pada dunia luar. Menganggap hanya diriku
yang tau kepentingan dan kebutuhan atas diriku, namun bila hanya menganggap
segala hal penting menurut pribadi sendiri tidak akan mampu menggapai segala
cita-cita. Karena jika demikian aku hanya tau tujuan hidup tapi tidak tau cara
menggapainya, kini proses pembentukan jati diri makin membaik dengan dukungan
lingkungan sekitar yang sangat berperan.
Olah raga adalah
salah satu hobi yang tak tertinggalkan bagiku, aku di lahirkan di keluarga
aktif dalam psikomotorik kasar sehingga kami senang dalam segala olah raga
seperti : berenang, lari, seni bela diri. Yang mana olah raga tersebut in syaa
Allah membuat badan sehat dan bermanfaat. Begitu juga dalam hal beragama,
alhamdulillah.. Allah banyak memberikan petunjuk bagi kami dalam memperdalami
agama, semoga terlahir dari kami ulama-ulama besar yang menyatukan Umat Islam
serta mengangkat kalimat “Allah” bercita-cita tinggi setinggi langit dan tidak
lupa kaki di bumi.
Masa lalu hanyalah
batu loncatan, dan menjadikannya sebagai kaca perbandingan masa depan. Hari ini
adalah hasil orang-orang terdahulu yang telah menanamkan benih perjuangan,
besok adalah misteri yang harus di pecahkan dengan Al-qur’an dan Sunnah sebagai
pedoman. Kita tidak akan pernah indetifikasi diri kita dengan pikiran, karena
manusia tidak pernah akan menjadi makhluk pikiran saja. (Carl Gustav Jung).